DESKRIPSI
Industri maritim selama ini telah menyokong 90 % ekonomi dunia. Bagi Indonesia yang ekonominya masih didominasi dari hasil minyak dan gas (migas) tentu sangat terikat dengan aktivitas lepas pantai (offshore) yang merupakan bagian dari industri maritim, salah satunya adalah pasokan kebutuhan di anjungan tengah laut atau logistik offshore. Clarkson Capital Markets (2012), melaporkan bahwa pengeboran migas ada kecenderungan semakin menjauh dari daratan, yang berarti semakin mebutuhkan peran logistik offshore.
Produksi migas berlangsung di lepas pantai, untuk menjamin keberlangsungan produksi secara kontinyu sangat memerlukan offshore supply secara relguler. Sekali anjungan di tengah laut (platform) dipasang maka terus memerlukan pelayanan offshore supply, yang tergantung pada pendukung daratan. Kegiatan di anjungan tengah laut membutuhkan manajemen off shore yang bersifat khusus, sangat tergantung dari pasokan material dari darat (on shore), oleh karenanya kegiatan ini juga melibatkan pelayaran. Kegiatan pelayaran offshore itu sendiri tentu membutuhkan manajemen pelayaran khusus pula. Manajemen offshore yang di dalamya meliputi peran supply vessels begitu penting terutama untuk menjamin keberlangungan kegiatan offshore. Dalam pelayaran offshore harus memahami jenis kapalnya dan kinerjanya, terutama dalam safety first keeping.
Pada manajemen offshore hubungan ke pemasok adalah hubungan dengan darat (share base) sebagai penyedia barang kebutuhan anjungan tengah laut, sedangkan hubungan dengan konsumen adalah dengan anjungan tengah laut (offshore base), salah satu pelakunya adalah kapal pemasok kebutuhan tersebut atau offshore supply vessel. Hanya dengan cara offshore supply vessel ini maka kegiatan produksi offshore dapat berlangsung.
Pelayaran adalah kegiatan yang beresiko tinggi terhadap keselamatan, baik terhadap orang (crew kapal), muatan kapal, kapal itu sendiri, serta ,linkungan maritim (dalam hal ini anjungandan lingkungan lautnya). Maka dalam konteks navigation offshore aid prinsip yang harus dipegang adalah menempatkan nilai safety first di atas segalanya
TUJUAN
Peserta pelatihan memahami dan lebih terampil bagaimana operasi pelayaran offshore dengan prinsip safety first agar kegiatan anjungan (platform) dapat berlangsung secara sinkron.
MATERI
- Regulasi internasional maupun nasional tentang pengoperasian kapal offshore, serta persyaratan operasinya.
- Jenis dan ukuran kapal offshore, sertifikasi yang disyaratkan, validasi serta audit yang dibutuhkan
- Perencanaan dan pelaksanaan passage and determine a position.
- Penggunaan radar dan ARPA dalam keselamatan pelayaran offshore
- Penggunaan ECDIC dalam keselamatan pelayaran offshore
- Respon terhadap emergencies, distress signal at sea
- Manuver kapal offshore
- Mionitor pemuatan material offshore yang meliputi stowage, keamanan/keselamatan selama pelayaran dan aktivitas unloading
- Ensure compliance with pollution prevention requirement
- Pencegahan dan pengawasan fire fight on board dan pada anjungan
- Opasi life saving appliance
- Guidannce assessment keselamatan offshore berdasarkan IMO regulation
FACILITIES
Facilities of course :
- Certificate,
- Hand Out,
- Quality Training Kit ,
- Quality Training Material
- Convenient Training Facilities At Stars Hotel, Lunch & 2 X Coffee Breaks,
- Souvenir.
SCHEDULE & DURATION
3 days, 25 – 27 Juni 2018 , ( fleksible by request)